This film about Sinta Nuriyah, a first lady on wheelchair, who struggle for woman's rights and marginalized groups. She will never give up to be an activist, even she has handicap to walk and her husband, former President Abdurrahman Wahid has passed away.
Produced, written, and directed by Erfan Agus Setiawan and Gamal Ferdhi.Edited by Didi Hidayat.
a Post Flower Syndroms Production 2010.
Please vote this film in competition, Women’s Voices from the Muslim World: A Short-Film Festival at WOMENSVOICESNOW.ORG.
Berawal dari rasa resah dengan banyaknya warga Desa Mandalasari, Cipatat, Bandung Barat, Jawa Barat, yang masih belum bisa membaca, menulis, dan menghitung. Roni Tabroni bersama sejumlah rekannya kemudian ingin berbuat sesuatu. Mereka tak ingin anak-anak di kampung sana mengikuti jejak orang tuanya, putus sekolah sehingga tak bisa mengenyam dunia pendidikan.
Persaingan keras untuk bertahan hidup di kota bagi sebagian orang ditempuh dengan cara pintas. Bahkan hingga bersinggungan dengan hukum. Mencopet, misalnya.
Pencopet kerap beraksi di lokasi-lokasi keramaian, seperti pasar, angkutan umum, atau di tempat massa berkumpul. Saat arus mudik menjelang Lebaran atau arus balik merupakan surga bagi para pencopet. Para pemudik yang memadati stasiun dan terminal menjadi santapan lezat sebagai korban pencopetan.
Mencopet bukan sembarang pekerjaan. Semua butuh perencanaan yang matang. Setelah merencanakan aksi dengan cukup matang, mereka pun siap beraksi. Ada beberapa trik agar aksi ini berjalan mulus di atas bus. Pertama, jika copet itu tak sendirian, maka temannya akan naik bus dari tempat berbeda.